Tuesday, November 28, 2017

S3 tanpa kuliah?

Saat sedang menjalani studi doktoral, saya ditugaskan membantu pembimbing saya untuk membantung setup vid-conf wawancara calon faculty member (calon dosen). Berbagai lulusan master dan doktor dari berbagai universitas pernah saya lihat. Sebagai kampus yang mempunyai sistem akademik meniru amerika, kampus saya KFUPM, salah satu komite pasti menanyakan apakah ada selama s3 atau s2, si pelamar ada kuliah pasca sarjana (level graduate)? dan tentunya apakah ada pengalaman mengajar?
double


saya mencoba membahas pertanyaan pertama, bagi lulusan kampus dengan sistem amerika atau kanada, pasti selama master atau phd, ada sks khusus kuliah level graduate. Hal ini berbeda dengan kebanyakan kampus eropa atau asia timur yang langsung riset atau kuliah graduate hanya materi pengantar riset, walaupun banyak juga yang ada kuliah pasca-sarjana-nya, tapi banyak yang ga pake.



Sering kali, yang tidak ada kuliah tingkat pasca-sarjana ini, sekalipun banyak publikasi jurnal, ditawari posisi post-doctor yang benefitnya jauh di bawah faculty. seberapa penting kah kuliah pasca-sarjana? untuk sistem amerika, ini sangat penting, karena itu mereka ada sistem phd-student dan phd-candidate, setelah mahasiswa menyelesaikan beberapa matakuliah pasca sarjana, mahasiswa doktoral akan menjalani ujian komprehensif yang biasanya tertulis untuk melihat sejauh mana konsep dasar sudah tertanam. matakuliah pascasarja di sistem amerika, kuliah nya seperti kita s1, ada pr,kuis,  ada ujian, ada proyek, dan paper hanya salah satu porsi nilai yg terkadang sangat kecil terkadang cuma 10%.

karena itu banyak lulusan amerika yg lulus cuma dengan 1 jurnal, karena hampir 2 tahun studinya habis oleh kuliah. Tapi menurut saya sistem amerika itu berlebihan untuk PhD, tp penting untuk Master. Jadi kombinasi yang baik adalah s2 sistem amerika, dan s3 sistem eropa. karena pondasi kuliah level pasca sarja itu penting untuk mengajar nantinya.

udah capek ngetik.. nanti lagi

No comments:

Post a Comment